TANTANGAN PARA PENGAJAR DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Saat ini kita berada pada revolusi Industri 4.0 dimana sebelumnya telah terjadi revolusi internet pada tahun 90an dan globalisasi internet menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartato dari laman detik.com,  akan terjadi pada tahun 2020 dimana saat ini kita sudah berada di era Revolusi Industri 4.0 

Pemanfaatan Internet of Think (IOT) pertama kali diperkenalkan oleh Jerman dan Negera Jerman pulalah yang mengglobalkan Istilah Industri 4.0. 

Presiden Joko Widodo juga mendorong Indonesia agar memiliki Roadmap menuju kesana dan hal tersebut di tindaklanjuti oleh kementarian terkait dan pada tanggal 4/42018 Presiden Joko Widodo meresmikan Roadmap Industri 4.0 pada acara Industri Summit 2018 lalu di Jakarta. 

Saat memasuki era revolusi industri 4.0 tentu saja ini akan berimbang pada semua aspek kehidupan manusia dan menentukan perkembangan ekonomi ke depan secara global. Kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dibidang teknologi menjadi mutlak adanya. 

Lalu bagaimana peran dan tantangan para pengajar baik guru dan  dosen menghadapi era revolusi industri 4.0 ini ? 

Penulis mencoba menyederhanakan tantangan para pengajar khususnya level sekolah menangan dan pendidikan tinggi memasuki era revolusi industri 4.0 

 

Pengajar Harus Adaptif dan Inovatif

Setiap pengajar harus sadar betul bahwa perubahan merupakan sebuah keharusan terus mencoba untuk mempelajari perubahan akibat teknologi yang kemudian mengimplementasikan teknologi tersebut terutama pada bidang-bidang keahlian masing-masing. Setelah mencoba beradaptasi kemudian mengimplementasikan teknologi pengajar harus mulai berfikir, bertindak dan membimbing siswa kearah yang lebih inovatif. Revolusi Industri 4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang secara garis besar merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi. 

Hal tersebut ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi kecerdasan buatan (artificial intelligence), mobile supercomputing, intelligent robot, self-driving cars, neuro-technological brain enhancements, era big data yang membutuhkan kemampuan cybersecurity, era pengembangan biotechnology dan genetic editing (manipulasi gen). Secara umum dan luas para pengajar harus memiliki minimal wawasan dasar tentang digitalisasi.

Pengajar dan Dosen harus Lebih dulu memahami perkembangannya dengan membudayakan literasi digital paling tidak bisa membantu membuka wawasan kemajuan teknologi baik dalam maupun luar negeri. 

Pengajar Harus Menyesuaikan Sarana Prasarana Pembelajaran Teknologi Informasi

Revolusi Industri 4.0 tentunya membutuhkan sarana prasarana atau infrastuktur teknologi yang memadai untuk bisa secara efektif digunakan oleh para pengajar dan dosen, setiap sekokah atau kampus saat ini terus membenahi dan melengkapi kebutuhan akan teknologi untuk pemanfaatan pembelajaran, saat sekolah atau universitas sudah belanja teknologi Sudah seharusnya para pengajar atau dosen mempu menyesuaikan mulai dari pola fikir sampai perilaku jangan menghindar atau bahkan menggagalkan upaya pemutakhiran, melainkan terus belajar beradaptasi sehingga kehadiran teknologi mampu memberikan kemudahan. Mengapa para pengajar terutama dosen harus secepatnya mungkin menyesuaikan dengan sarana prasarana teknologi informasi karena Perguruan Tinggi dihadapkan dengan tantangan untuk mempersiapkan dan melengkapi SDM dengan kompetensi serta keterampilan yang tepat untuk menghadapi revolusi industri ke-4, agar terus mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa, seperti yang disampaikan oleh Menristekdikti dalam kesempatannya dalam kuliah umum di Unswagati beberapa hari lalu.

Perguruan tinggi semakin dituntut untuk mempersiapkan para mahasiswanya akan pekerjaan yang belum ada, selain  menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa di era revolusi industri 4.0.

Pengajar Harus Merekontruksi Kurikulum

Untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dengan keterampilan yang cakap dalam bidang teknologi tentu saja kurikulum di sekolah atau universitas menjadi penting, perlunya peninjauan ulang atau evaluasi sehingga output yang dihasilkan jelas, terarah dan berguna. 

Rekonstruksi kurikulum pendidikan tinggi yang responsif terhadap revolusi industri juga diperlukan, seperti desain ulang kurikulum dengan pendekatan human digital dan keahlian berbasis digital. 

Dilansir dari laman ristekdikti.go.id Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir mengatakan, “Sistem perkuliahan berbasis teknologi informasi nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.” Sehingga perguruan tinggi mampu melahirkan lulusan yang berdaya saing, bermanfaat, unggul dan berjejaring global. 

Mereka hadir dalam industri tidak lagi menjadi SDM yang gagap melainkan menjadi SDM yang siap guna dan tepat guna, sehingga membantu menaikan perekonomian negara dan pada akhirnya mampu mensejahterakan masyarakat Indonesia lainnya. 

 

Sumber : www.yonomaulana.com