Inilah Kebiasaan Wisatawan Indonesia saat Beriwsata

Studi  “Journey of Me Insights” terhadap 6.870 orang dewasa di seluruh Asia Pasifik—termasuk Indonesia--yang dirilis Amadeus pada Maret ini mengungkapkan sejumlah temuan menarik. Temuan pertama adalah perilaku wisatawan Indonesia yang ternyata paling terbuka dalam berbagi data pribadi untuk pengalaman yang lebih personal. Jika Asia Pasifik hanya mencapai 64%, maka Indonesia jumlahnya mampu menyentuh 79%.

Wisawatan Indonesia rupanya menjadi satu- satunya negara di Asia Pasifik yang wisatawannya melakukan riset dan memesan perjalanan melalui perangkat mobile dibandingkan laptop atau PC. Ada 69% orang Indonesia yang melakukan riset perjalanan melalui mobile dan 62% memilih memesan perjalan wisata mereka melalui mobile.

Saat merencanakan perjalanan, ternyata wisatawan Indonesia paling dipengaruhi oleh omongan mulut ke mulut dari teman-teman, keluarga, dan kolega mereka (Word of Mouth). Dibandingkan dengan wisatawan Asia Pasifik lainnya, mereka juga cenderung dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat di media sosial.  

Lantas, siapa yang dianggap wisatawan Indonesia paling relevan dalam memberikan rekomendasi? Jawabannya, 60% wisatawan Indonesia memilih teman dan keluarga, dan 50% memilih ulasan pada situs-situs perjalanan.

Wisatawan Indonesia juga ingin tetap terhubung meski sedang berwisata. Ada dua alasan utama mereka tetap ingin terhubung kendati sedang bepergian. Alasan pertama adalah untuk mengakses peta dan informasi lokasi (57%), sedangkan Asia Pasifik hanya 55%. Alasan kedua adalah mencari tahu hal-hal yang dapat dilakukan di tempat tujuan wisata (55%), sedangkan Asia Pasifik 49%.  Adapun tiga aplikasi yang paling sering digunakan wisatawan Indonesia saat bepergian adalah Traveloka, Whats App, Google Map, dan Facebook.

Sepanjang perjalanan wisata, wisatawan Indonesia juga tak mempermasalahkan untuk dihubungi, dengan catatan memang sesuai kebutuhan si wisatawan. Terkait bagaimana wisatawan Indonesia ingin dihubungi, hasilnya 29% wisatawan Indonesia mau ingin dihubungi melalui media sosial, 26% ingin dihubungi melalui aplikasi perusahaan perjalanan, dan hanya 4% yang mau dihubungi dengan ditelepon.

Dibandingkan dengan wisatawan Asia Pasifik, rupanya wisatawan Indonesia kurang mencari kenyamanan yang sesuai dengan negara mereka. Terbukti, hanya 4% wisatawan Indonesia yang memilih mencari bantuan staf yang memahami bahasa mereka ketika sedang berwisata ke negara lain, sedangkan Asia Pasifik mencapai 47%. Bahkan, untuk  makanan dan minuman pun, hanya 12% wisatawan Indonesia yang mencari makanan dan minuman yang ada di negara mereka ketika mereka sedang berwisata ke luar negeri, sedangkan Asia Pasifik mencapai 36%.

Fakta lainnya, ternyata lebih kecil kemungkinannya bagi orang Indonesia menghindari tempat tujuan yang baru saja mengalami serangan terror dibandingkan dengan wisatawan Asia Pasifik. Ada 45% responden Indonesia memilih menghindari tempat wisata yang baru saja terkena serangan terror, sedangkan Asia Pasifik jumlahnya lebih tinggi yakni 62%.

Ketika ditanya siapa yang harus mengirimkan kabar tentang keselamatan dan keamanan mereka saat berwisata, jawaban wisatawan Indonesia adalah teman dan keluarga (63%), penyedia transportasi (54%), dan agen perjalanan (52%).

Sumber : mix.co.id